“Saat Prajurit Sapta Marga Penuhi Panggilan Ibu Pertiwi”
Oleh: Dede Farhan Aulawi
Ketika Ibu Pertiwi memanggil, tidak setiap anak bangsa mampu menjawab dengan keberanian dan pengorbanan. Namun, prajurit TNI yang berpegang teguh pada Sapta Marga menjawab panggilan itu tanpa ragu, dengan sepenuh jiwa dan raganya. Dalam setiap langkah, mereka tidak hanya membawa senjata, tetapi juga mengemban semangat pengabdian, kehormatan, serta kesetiaan kepada bangsa dan negara.
Sapta Marga bukan sekadar untaian kata yang dihafalkan di barak militer. Ia merupakan pedoman hidup, kompas moral yang menuntun prajurit dalam suka maupun duka. Tugas mereka tidak semata menjaga kedaulatan dari ancaman luar, tetapi juga hadir di tengah masyarakat saat bencana datang, ketika keamanan terganggu, atau ketika rakyat membutuhkan uluran tangan.
Panggilan Ibu Pertiwi tidak selalu terdengar lantang bak genderang perang. Kadang hadir lewat tangisan warga korban bencana alam, jeritan anak-anak yang kekurangan gizi di pelosok negeri, atau raut lelah para petani yang menanti keadilan. Di sanalah prajurit hadir, bukan hanya sebagai alat negara, tetapi sebagai putra bangsa yang siap melindungi, menolong, dan menguatkan.
Dalam arus globalisasi, ketika ancaman tak lagi hanya berbentuk fisik tetapi juga ideologi dan digital, prajurit TNI tetap berdiri kokoh. Mereka beradaptasi, belajar, dan setia pada sumpah Sapta Marga, menjadi patriot yang pantang menyerah, yang selalu menempatkan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi.
Setiap kali seorang prajurit melangkah ke medan tugas—baik di perbatasan, daerah konflik, maupun dalam misi kemanusiaan—sesungguhnya mereka tengah memenuhi panggilan suci itu. Dan dalam hening malam, saat berjaga di pos-pos terpencil, mungkin terdengar lirih suara Ibu Pertiwi berbisik: “Terima kasih, anakku.”
Di balik senyapnya pengabdian itu tersimpan keteguhan hati, air mata yang disembunyikan, serta doa yang tiada henti terucap. Mereka memahami, panggilan Ibu Pertiwi bukan untuk dibanggakan, melainkan untuk dijalankan hingga titik darah penghabisan.
Tetaplah bersemangat dalam mengabdi demi kejayaan negeri.
















