Jakarta – Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) melalui Badan Bahasa menegaskan dukungan negara bagi dunia sastra dengan terlibat aktif dalam Pertemuan Penyair Nusantara (PPN) XIII.
Kegiatan puncak dan penutupan PPN XIII berlangsung pada 13 September 2025 di Taman Ismail Marzuki dan Badan Bahasa, Jakarta. Forum ini mengangkat tema “Puisi untuk Perdamaian dan Persaudaraan” dan menampilkan rangkaian kegiatan seperti pembacaan puisi, seminar, lokakarya, bazar buku, hingga penerbitan antologi puisi peserta.
Sekretaris Badan Bahasa, Ganjar Harimansyah, menegaskan pentingnya penghargaan sastra sebagai wujud nyata penghormatan terhadap karya dan pengabdian sastrawan. Dalam seminar, Ganjar membuka sesi dengan membacakan puisi ciptaannya “Tentang Hidup Menghidupi” sebagai bentuk apresiasi terhadap para sastrawan.
Badan Bahasa juga menginisiasi berbagai program apresiasi sastra, mulai dari penghargaan nasional, sayembara penulisan literasi, hingga residensi sastrawan di mancanegara, sebagai dukungan berkelanjutan terhadap komunitas sastra dan literasi di Indonesia.
Memasuki 25 tahun perjalanan PPN, forum ini bukan sekadar pembacaan puisi, tetapi juga ruang persaudaraan lintas generasi dan budaya. Ahmadun Yosi Herfanda, penggagas PPN, menegaskan bahwa pertemuan ini menjadi ajang “menyulam kembali rasa persaudaraan dan perdamaian” di antara penyair, dengan lokasi penyelenggaraan yang bergiliran untuk memperluas jangkauan apresiasi sastra.
Puncak PPN XIII menghadirkan lebih dari 200 penyair, termasuk dari negara Asia Tenggara. Pada malam penutupan, Badan Bahasa menerima apresiasi tinggi atas fasilitasi kegiatan, dukungan bagi komunitas sastra, dan peluncuran majalah Liris sebagai ruang baru bagi karya murid dan guru. Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Imam Budi Utomo, menyerahkan majalah ini kepada penyair senior Taufiq Ismail.
PPN XIII juga menetapkan rekomendasi kegiatan dan pengumuman tuan rumah PPN empat tahun berikutnya: Aceh (2026), Brunei Darussalam (2027), Makassar (2028), dan Palembang (2029). Tahun depan, PPN berganti nama menjadi Festival Puisi Nusantara (FPN), menegaskan kembali bahwa puisi adalah jembatan perdamaian dan persaudaraan lintas bangsa.
















